Selamat datang....

Semoga setelah membaca perasaan anda menjadi PLONG!

Selasa, 01 November 2011

Kawan Lawan

Ketika menggunakan kata kawan berhati-hatilah karena lidahmu dapat terpeleset mengucapkan lawan, yang artinya sangat berlawanan. Terkisah dua orang pemuda seusia, karena mereka dilahirkan pada tahun yang sama yaitu 1879. Yang satu bernama Dzhugashvili anak seorang tukang sepatu yang miskin di Georgia Rusia Selatan. Sedangkan yang lain bernama Lev Davidnovich Bronstein anak keluarga petani Yahudi yang kaya di Kherson Ukraina.

Ketika menginjak remaja, Dzhugashvili masuk seminari di Tiflis, dan sejak itulah dia mengenal marxisme. Dalam dua tahun saja dia telah menggenggam marxisme makin kuat. Dia memulai aktifitas menulis sejak tahun 1901 saat untuk pertama kali tulisannya muncul di sebuah surat kabar yang terbit di Georgia. Perannya dalam membela Vladimir Ilyich Ulyanov alias Lenin yang menghendaki perjuangan Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia dengan cara-cara perubahan secara revolusioner dengan pimpinan pusat yang ketat yang sering disebut sebagai kelompok Bolshevik sangat antusias dan kuat. Sedangkan waktu itu kelompok Menshevik seperti Pavel Axelrod, Julius Martov, Alexander Martinov dan Fedor Dan menghendaki anggota berjuang 'dibawah petunjuk organisasi dengan struktur partai yang agak lepas dan otonom.

Sedangkan Davidnovich yang punya sifat periang sejak kecil juga menemukan marxisme di usia remaja. Disaat usia 17 tahun dan selalu menjadi bintang kelas, siswa ini bergabung dengan kelompok populis di Mykolayiv. Sehingga disaat usia 18 tahun lulus Universitas Georgia, dia diamanahi menjadi Pemimpin Serikat Buruh Rusia Selatan. Aktifitas inilah yang menyeretnya ditangkap dan dipenjara kemudian dibuang ke Siberia. Di tahun 1902, dia berhasil lari ke Eropa dan bergabung dengan Lenin yang juga pernah ditahan di Siberia. Di Eropa itulah tokoh-tokoh sosial demokrat Rusia semakin menguat .

Dua remaja di atas yang seusia itu selanjutnya menjadi kader Partai Komunis Rusia yang terkemuka sejak Lenin dan pendukung utamanya di barisan Bolshevik mendirikan partai tersebut pada tahun 1912 memisahkan diri dari Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia. Tahun yang sama di Indonesia berdiri National Indische Partij, sebuah partai politik nasionalis pertama di Indonesia yang didirikan Tiga Serangkai; Tjipto Mangoenkoesoemo, Douwwes Dekker dan Soewardi Soerjaningrat. Demikian pula di tahun tersebut sebuah konggres organisasi sosial politik dengan massa terbesar dan tertua di Indonesia Serikat Islam sedang berlangsung di Soerabaja dengan pimpinan Oemar Said Tjokroaminoto seorang guru politik pertama bagi Soekarno (tokoh nasionalis sekuler), Semaoen (tokoh sosialis komunis), Agoes Salim (tokoh nasionalis islamis) dan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo (tokoh islamis revolusioner).

Saudara-saudara, kedua remaja sekawan tadi kemudian mempunyai nama samaran sebagaimana Lenin yang mengambil dari nama sebuah sungai di Siberia yang bernama Lena. Dzhugashvili terkenal dengan sebutan Joseph Stalin dengan gayanya yang kaku -nama Stalin berarti manusia baja-, sedangkan Davidovich terkenal dengan nama Leon Trotsky yang meraih popularitas dengan gayanya yang flamboyan dan retorikanya yang cemerlang. Episode berikutnya adalah keduanya menjadi lawan, sebuah perseteruan dan membuat mereka saling membenci dan menyerang.

Lenin sendiri lebih dekat ke Trotsky yang kebetulan tanggal lahirnya bersamaan dengan Revolusi Bolshevik Rusia dalam menggulingkan Tsar Nicolas II Rusia membentuk Uni Soviet. Trotsky adalah orang kedua setelah Lenin, sehingga di tahun 1922 sang pemimpin de facto Uni Soviet pertama, Lenin menulis testimoni bahwa Trotskylah yang nanti menggantikannya sebagai pemimpin Uni Soviet setelah dia. Namun, Lenin kemudian mengalami beberapa kali stroke setelah ditembak seorang wanita revolusioner Rusia dan menjadikan Trotsky tidak dalam posisi nyaman untuk menggantikannya. Stalin yang kaku dan keras menyingkirkan semua kawan-kawannya sesama anggota partai, dari 23 'staff umum' pendamping Lenin di saat Revolusi 1917 tanpa sisa dan tak seorangpun yang masih duduk dikursinya kecuali Stalin. Sedangkan lainnya ada yang mati, hilang, bunuh diri, terbuang dan dihukum mati. Termasuk Trotsky yang kemudian hidupnya melompat-lompat dari satu negara ke negara lain untuk menghindari sergapan antek Stalin. padahal Trostsky adalah revolusioner Rusia yang mendirikan Tentara Merah dan Politbiro Partai Komunis Rusia.

Tanggal 20 Agustus 1940 seorang lelaki bernama Jassen Monard pacar pengagum Trotsky menunjukkan naskah tentang Uni Soviet di ruang studi tempat tinggalnya. Ketika Jassen meletakkan raincoat, ternyata didalamnya terdapat kapak besar bergagang pendek untuk memukul kepala Trotsky. Trotsky melawan dengan menggigit tangannya,tetapi ketika dalam perawatan di rumah sakit dia meninggal dunia. Kemudian terbukti bahwa Jassen adalah agen Stalin yang ditugaskan untuk membunuh Trotsky di Coyoacan, Mexico City. Sedangkan kawannya yang kemudian menjadi lawan, Stalin semakin kukuh berkuasa di Kremlin Rusia dengan memberikan hadiah kehormatan bintang pahlawan kepada Jassen yang bungkam membisu di penjara Mexico selama 20 tahun. Ironis, sebuah persahabatan yang membawa kepada perseteruan. Komunis yang merasa paling sosialis, apalagi dunia kapitalis yang materialis sungguh menempatkan dunia di hati bukan di tangan, sehingga kekuasaan menjadi target kehidupannya.

Disaat akhir hidupnya Trotsky sedang menulis sebuah karya berjudul Hidup Itu Indah. kalimat itu pada setengah abad berikutnya, mengilhami Roberto Benigni untuk membuat film dengan judul " Life is Beautiful". Sebuah film yang lucu dan tragis, yang mengingatkan kembali bahwa kepahlawanan bisa tumbuh dari siapa saja. Dan hanya selalu tumbuh karena rasa cinta. Guido Orefice, yang diperankan sendiri oleh Benigni adalah seorang Yahudi yang diseret ke kamp konsentrasi ketika Mussolini membangun aliansi dengan Adolf Hitler pada Perang Dunia II. Awalnya Mussolini dari Italia mencibir kegilaan rasialis Hitler terutama kepada orang berdarah Yahudi, kemudian berbalik menjadikan Italia sebagai tempat tidak nyaman pula bagi orang-orang Yahudi.

Guido berusaha menutup mata anaknya yang berusia 5 tahun bernama Giosue dari kegilaan tokoh fasis Itali tersebut. Ketika mereka berdua sedang jalan-jalan, bertanyalah si anak kepada ayahnya,"Mengapa orang menulis seperti itu, Papa?" ketika ada sebuah papan bertuliskan: Yahudi dan anjing dilarang masuk! "Orang bisa menuliskan apa saja," kata sang ayah. "Ada toko yang menuliskan orang China dan kuda dilarang masuk. Kita juga bisa menuliskan di toko buku kita, kecoa dan kucing dilarang masuk. Fair, kan?" Hidup itu indah. dan hidup itu harus indah dimata anaknya, dalam pandangan Guido. Bahkan ketika kamp konsentrasi menjadi tempat terakhir bagi bapak dan anak itu. kamp konsentrasi 'hanya' permainan dan kekejaman tentara NAZI adalah sesuatu yang wajar. Mereka memang diharuskan kelihatan galak karena permainan itu hadiahnya luar biasa. Dan semua permainan pasti ada aturannya.

"Yang pertama kali memperoleh poin seribu akan keluar sebagai pemenang," kata Guido kepada anaknya. "Dan jangan beri tahu siapa-siapa, hari ini nilai kita tertinggi. Tapi ingat, kita bisa kehilangan poin karena tiga hal. Pertama, jika kau menangis. Kedua, jika kau mengatakan ingin bertemu mama. Ketiga, jika lapar dan merengek minta makanan. Camkan itu!" Sungguh, begitukah namanya hidup itu. Indah! Hidup dikatakan Guido sebuah permainan. Tidak boleh merengek kepada ibu kita, jika perut keroncongan. Tentunya hidup itu indah karena ada rasa cinta untuk mengusir sebuah kegilaan. Gila kekuasaan, yang tak lagi mengenal siapakah kawan dan siapakah lawan. Semua bisa diatur, oleh nafsumu maka hidup tak indah lagi. Hai kawan, marilah kita melakukan revolusi diri menuju kehidupan indah setelah kematian yang sangat indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar