Kemarau panjang, cuaca begitu terik. Debu bertebaran memudahkan beberapa anak yang saya temui terkena penyumbatan hidung. Mereka terlihat sulit bernafas, sehingga aktifitasnya terganggu tidak selincah seperti biasanya. Demikian pula anak saya Huud Abdallah Ahnafuddin yang baru berusia 2 tahun dan sedang seneng-senengnya belajar sambil bermain di play group PAUD. Dia berusaha tidak merasakan apa yang dialami, dengan bermain puzzel, menempel, dan bongkar pasang balok.
Cara tradisional yang saya terapkan untuk mengatasi tersumbatnya hidung Ahnaf, diantaranya dengan cara mandi pagi di laut. Anak-anak setiap pekan berusaha rutin 'papung segara', begitu mereka menyebutnya. Alhamdulillah, upaya ini membuat pilek dan batuknya sembuh. Sedangkan kalau tersumbatnya itu kondisi disiang hari, maka penanganannya dengan cara :
- Mengoleskan minyak kayu putih yang dicampur jeruk nipis ke punggung dan dada sambil dipijit pelan-pelan.
- Menjemurnya dengan cara bermain diluar sehingga terkena sinar matahari pagi selama lebih kurang 20 menit.
- Mencampur air panas yang sudah ditetesi minyak kayu putih, kemudian uap airnya dihirupkan ke anak sehingga cepat mengeluarkan cairan di hidung.
- Memandikannya dengan air hangat.
- Menjaga agar posisi kepala berada leih tinggi dibanding posisi badan saat tidur.
- Menaruh ember berisi air panas yang sudah ditetesi minyak kayu putih, di semua sudut kamar. Kemudian pintu kamar ditutup (jika ber-AC dimatikan) agar suasana lembab.
- Mengoleskan minyak telon yang dicampur bumbu rempah pala di atas hidung anak antara dua alisnya, saat anak sudah tertidur.
- Memijat anak secara pelan-pelan di atas dada (yang cekung antara dua tulang).
- Membacakan doa agar cepat sembuh.
Demikian pula, dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti kasus anak saya tadi terjadi juga di tempat saya dulu pernah tinggal lama. Malam ini saya ditelpon teman, suasana kota tersebut semakin panas karena juga menjelang pilkada. Banyak yang suka main bongkar, bahkan dengan cara-cara arogan. Premanisme, anarkis dan yang penting 'pokoke!' selalu menjadi metode. Gruduk sana gruduk sini, rakyat bodoh semakin bodoh karena dibodohi oleh orang bodoh sehingga pembodohan ini berujung kepada masa bodoh. Pintarnya hanya bongkar, namun ketika sudah memegang nggak bisa pasangnya. Kalah sama anak-anak PAUD bagian play group!
Sumbatan kemajuan masyarakat seperti ini, mestinya juga diselesaikan dengan beberapa cara seperti di atas. Perlu mereka rutin mandi air laut karena laut adalah kesaaran, 'dawa ususe' agar tidak mudah marah. Orang kalo jarang mandi ya seperti itu, sumbu pendek mudah mencaci tapi tak punya solusi alias bisane cuma ngrusuhi. Bahasa Orde Baru, merekalah yang dimaksud musuh pembangunan atau bisa di cap PKI oleh intel waktu itu. Makanya sebagai bahan berkontemplasi, marilah kita rutin mandi. Siapa yang jarang mandi, hayooo... Bersihkanlah kotoran yang ada ditubuh dan jiwa kita, sehingga sumbatan-sumbatan itu terelimininasi dari tubuh dan jiwa kita pula.
Selain itu, juga harus rutin dijemur karena matahari adalah perlambang kehidupan. Mereka yang mudah gelap mata, coba saja sering berjemur matahari kehidupan. Jiwa akan menjadi tenang, karena manusia juga seperti matahari yang ada kalanya terbit dan pasti juga mengalami terbenam. Kalau hal tersebut dapat direnungkan sehingga sadar bahwa manusia akan kembali kepada Allah Ta'ala dengan membawa bekal baju ketaqwaan dan amal-amal yang bermanfaat maka rasanya pasti : Plong!
Demikian pula untuk menjaga diri sebagai langkah ikhtiar untuk mengantisipasi datangnya ketersumbatan tersebut, lakukanlah dialog. Musyawarah menyelesaiakan urusan dunia, dan Allah ta'ala tidak akan ikut campur karena Dia telah berfirman kepada ummat manusia melalui rasulNya agar manusia menyelesaikan urusan dunianya sendiri dengan cara dialogis. Bukan dengan petentang-petenteng, adigang-adigung-adiguna dan sok aji mumpung. Dialog itu diantaranya dengan mengolesi rasa tenggangrasa, bersabar, pikiran jernih dan hati yang ikhlas agar menjadi hangat seperti minyak kayu putih ataupun telon. Jangan lupa saling memijat, yaitu menasehati dalam kebaikan dan kesabaran. Tempatkan posisi kepala lebih tinggi daripada badan dengan maksud agar menggunakan logika yang sehat daripada nafsu angkara yang didorong oleh bujukan syetan sebagai musuh nyata bagi ummat manusia sepanjang sejarah hidupnya dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi.
Jikalau semua usaha itu dilakukan secara berkelanjutan maka diakhiri dengan doa yang tulus kepada Allah Ta'ala untuk kemajuan negeri tercinta, insyaAllah sumbatan di hidung itu akan hilang, sekali lagi terasa Plong!
Gimana sekarang? Plong...Plong...Plong!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar