Sebenarnya untuk membuat komentar tentang pertandingan tadi malam, cukup sederhana. namun karena yang sederhana itu justru sulit dilakukan karena sekarang orang cenderung maunya berfoya-foya, bermewah-mewahan dan terlalu berlebih-lebihan. Padahal hidup kan mestinya zuhud saja ketika sedang ada dan sedang tak ada. Lho ini mau komentar bola atau komentar apa sih? Wah, mulai diprotes sama Ahnaf anak wuragil saya...
Pada pertandingan di kandang, Skuad Mutiara Hitam ketika menghadapi Erbil Fc dalam Piala Champion Asia mengalami kekalahan. Dengan hasil 2-1 untuk Erbil Fc, membuat anak asuh Jacksen F. Tiago harus berjuang mati-matian agar dapat lolos masuk semifinal. Kekalahan Persipura pada tanggal 13 September 2011 di Stadion Mandala Jayapura Papua seharusnya menjadi pelajaran dan pengalaman agar menempa skill individu, komunikasi antar pemain, koordinasi antar lini dan kolektivitas permainan tim.
Pada menit ke-16 Boaz sempat mempunyai peluang namun bola masih melambung di atas gawang lawan. Dan justru kemudian pada menit ke-33 dan ke-41 Pasukan Negeri Antara Tigris dan Euphrat ini lebih banyak menekan, seolah-olah ingin menggerus mutiara hitam untuk campuran mesiu ketika ada pendudukan pasukan asing. Coba kalau waktu itu Yoo Jae Hoon tidak prima, pasti sudah berapa goal terjadi. namun, kiper asal Korea ini memang benar-benar tangguh sehingga berhasil menyelamatkan muka anak-anak Papua.
Sepanjang babak pertama, Persipura dibawah tekanan. Bola selalu mudah lepas, dan dominan dikuasai Pasukan Erbil Fc. Franso Hariri (bukan Ustadz Hariri yang Gondes itu!) Stadium, Erbil Iraq merupakan saksi bagaimana usaha keras kaki-kaki Boaz Salossa tidak berdaya. Iraq yang mempunyai tinggi badan sebagaimana pemain sepakbola Timur Tengah lainnya di atas rata-rata pemain Indonesia, tidak mengandalkan umpan panjang lagi sebagaimana dulu di Mandala Stadium. Waktu itu Nabeel Sabah di menit ke-17 mendapat bola dari lapangan tengah sehingga mampu menjebol gawang yang dijaga Yoo Jae Hoon. Sekarang mereka bermain dengan bola pendek, satu dua sentuhan kaki, menuju dan menerobos barisan pertahan Persipura sehingga merepotkan Kiper Yoo Jae Hoon. Kedua sayap mereka hidup, walaupun pertahanan Persipura juga tidak mudah untuk diobrak-abrik.
Sebenarnya pada menit ke-36 punya peluang terbaik namun berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa (lho kok kaya Pembukaan UUD '45) dan kecemerlangan kiper Erbil Fc maka bola dapat ditepis atau di tangkap. Itulah peluang terbaik yang dimiliki Boaz Salossa. Sampai babak pertama usai, pertandingan masih 0-0. Wah ini bahaya karena jika seri yang lolos ke semifinal adalah tetap Erbil Fc.
Memasuki babak kedua, pertandingan belum 15 menit alias tepatnya dimenit ke-59.24 Amjed Radhi berhasil memanfaatkan bola muntah dan nyelonong dengan suksesnya di pojok kanan gawang tanpa bisa di tepis oleh Yoo Jae Hoon. Ini berawal dari tendangan pojok yang selama pertandingan banyak didapatkan Tim Erbil Fc (di Indonesia tertulis Arbil Fc.red). Bola mati memang sangat berperan dan mudah dimanfaatkan oleh tim lawan sehingga mengancam keberadaan Tim Mutiara Hitam, juara ISL tahun ini.
Gambaran Persipura, gambaran pula sepakbola Indonesia. Walaupun menurut saya justru lebih baik, sedikit...
Boaz Salossa tidak tinggal diam, masih energik sebelum peluit dibunyikan wasit tanda akhir pertandingan. Gerakannya khas masih lincah, beberapa kali lepas dari kontrol pemain pertahanan lawan. Sayang hal ini tidak di dukung dengan koordinasi antar lini yang bagis. Komunikasi antar pemain juga kurang berjalan sehingga sering juga salah umpan, dan direbut pemain lawan. Pada menit ke-80, Boaz menampilkan performa terbaik ketika berhasil membuat tendangan keras, namun sayang hal ini masih bisa digagalkan penjaga gawang lawan yang memang terlihat profesional.
Pertandingan akhirnya usai, dengan kekalahan wakil Indonesia Tim Mutiara Hitam dari Papua yaitu Persipura 1-0. kekalahan agregat 3-1 membuat tim kebanggaan warga Irian atau Nuu War ini gagal masuk semifinal Champion Asia. Namun ucapan selamat tetap layak untuk diucapkan kepada mereka yang telah berjuang, dan menjadi inspirasi bagi Timnas Sepakbola Indonesia dalam menapaki perjuangannya tampil di Pra Piala Dunia Zona Asia. Sing penting aja ngayawara, ndeleng githoke dhewe!
(Catatan dalam pesbuk)
Pada pertandingan di kandang, Skuad Mutiara Hitam ketika menghadapi Erbil Fc dalam Piala Champion Asia mengalami kekalahan. Dengan hasil 2-1 untuk Erbil Fc, membuat anak asuh Jacksen F. Tiago harus berjuang mati-matian agar dapat lolos masuk semifinal. Kekalahan Persipura pada tanggal 13 September 2011 di Stadion Mandala Jayapura Papua seharusnya menjadi pelajaran dan pengalaman agar menempa skill individu, komunikasi antar pemain, koordinasi antar lini dan kolektivitas permainan tim.
Pada menit ke-16 Boaz sempat mempunyai peluang namun bola masih melambung di atas gawang lawan. Dan justru kemudian pada menit ke-33 dan ke-41 Pasukan Negeri Antara Tigris dan Euphrat ini lebih banyak menekan, seolah-olah ingin menggerus mutiara hitam untuk campuran mesiu ketika ada pendudukan pasukan asing. Coba kalau waktu itu Yoo Jae Hoon tidak prima, pasti sudah berapa goal terjadi. namun, kiper asal Korea ini memang benar-benar tangguh sehingga berhasil menyelamatkan muka anak-anak Papua.
Sepanjang babak pertama, Persipura dibawah tekanan. Bola selalu mudah lepas, dan dominan dikuasai Pasukan Erbil Fc. Franso Hariri (bukan Ustadz Hariri yang Gondes itu!) Stadium, Erbil Iraq merupakan saksi bagaimana usaha keras kaki-kaki Boaz Salossa tidak berdaya. Iraq yang mempunyai tinggi badan sebagaimana pemain sepakbola Timur Tengah lainnya di atas rata-rata pemain Indonesia, tidak mengandalkan umpan panjang lagi sebagaimana dulu di Mandala Stadium. Waktu itu Nabeel Sabah di menit ke-17 mendapat bola dari lapangan tengah sehingga mampu menjebol gawang yang dijaga Yoo Jae Hoon. Sekarang mereka bermain dengan bola pendek, satu dua sentuhan kaki, menuju dan menerobos barisan pertahan Persipura sehingga merepotkan Kiper Yoo Jae Hoon. Kedua sayap mereka hidup, walaupun pertahanan Persipura juga tidak mudah untuk diobrak-abrik.
Sebenarnya pada menit ke-36 punya peluang terbaik namun berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa (lho kok kaya Pembukaan UUD '45) dan kecemerlangan kiper Erbil Fc maka bola dapat ditepis atau di tangkap. Itulah peluang terbaik yang dimiliki Boaz Salossa. Sampai babak pertama usai, pertandingan masih 0-0. Wah ini bahaya karena jika seri yang lolos ke semifinal adalah tetap Erbil Fc.
Memasuki babak kedua, pertandingan belum 15 menit alias tepatnya dimenit ke-59.24 Amjed Radhi berhasil memanfaatkan bola muntah dan nyelonong dengan suksesnya di pojok kanan gawang tanpa bisa di tepis oleh Yoo Jae Hoon. Ini berawal dari tendangan pojok yang selama pertandingan banyak didapatkan Tim Erbil Fc (di Indonesia tertulis Arbil Fc.red). Bola mati memang sangat berperan dan mudah dimanfaatkan oleh tim lawan sehingga mengancam keberadaan Tim Mutiara Hitam, juara ISL tahun ini.
Gambaran Persipura, gambaran pula sepakbola Indonesia. Walaupun menurut saya justru lebih baik, sedikit...
Boaz Salossa tidak tinggal diam, masih energik sebelum peluit dibunyikan wasit tanda akhir pertandingan. Gerakannya khas masih lincah, beberapa kali lepas dari kontrol pemain pertahanan lawan. Sayang hal ini tidak di dukung dengan koordinasi antar lini yang bagis. Komunikasi antar pemain juga kurang berjalan sehingga sering juga salah umpan, dan direbut pemain lawan. Pada menit ke-80, Boaz menampilkan performa terbaik ketika berhasil membuat tendangan keras, namun sayang hal ini masih bisa digagalkan penjaga gawang lawan yang memang terlihat profesional.
Pertandingan akhirnya usai, dengan kekalahan wakil Indonesia Tim Mutiara Hitam dari Papua yaitu Persipura 1-0. kekalahan agregat 3-1 membuat tim kebanggaan warga Irian atau Nuu War ini gagal masuk semifinal Champion Asia. Namun ucapan selamat tetap layak untuk diucapkan kepada mereka yang telah berjuang, dan menjadi inspirasi bagi Timnas Sepakbola Indonesia dalam menapaki perjuangannya tampil di Pra Piala Dunia Zona Asia. Sing penting aja ngayawara, ndeleng githoke dhewe!
(Catatan dalam pesbuk)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar