Selamat datang....

Semoga setelah membaca perasaan anda menjadi PLONG!

Kamis, 27 Oktober 2011

Alampun Berthawaf

Peristiwa banjir di Bangkok yang bikin heboh dan bencana alam lainnya di berbagai belahan bumi ini, bersamaan dengan datangnya musim Haji 1432 H tentunya ada hikmah yang dapat menjadi bahan pelajaran bagi kita semua. Islam mengajarkan suatu sikap kosmologis -pandangan tentang cara melihat alam- yang sangat positif. Berbeda dengan pandangan kosmologi India misalnya yang kemudian diwarisi oleh agama Hindu dan Buddha. Al Qur'an menyatakan dengan tegas bahwa alam ini benar "Allah menciptakan langit dan bumi dengan seenarnya" (QS.29:44). Sebuah deklarasi yang sangat positif tentang alam. Bahkan dalam kalimat negatif pun firman Allah tentang alam juga bersubstansi positif bahwa alam tidak diciptakan "secara main-main" (QS.21:16) dan tidak pula "secara sia-sia" (QS.38:27).

Sedangkan dalam pandangan India alam ini adalah mayapada yang bersifat semu keberadaannya, sehingga pengalaman hidup juga dianggap semu. Pengalaman hidup yang serba semu ini dalam bahasa Sansekerta disebut samsara. kalau dalam bahasa Indonesia diadopsi menjadi sengsara. Bahwa pengalaman semu akan membawa ketidakbahagiaan. Pandangan ini menjadi doktrin yang membawa kesimpulan bahwa kebahagiaan dapat diperoleh dengan "lari" dari dunia ini. Ekspresi "lari" ini kemudian berupa bertapa atau dalam bahasa Arab menjadi rabbaniyah yang dilarang oleh agama Islam. Hal ini dilarang karena dalam pandangan Islam mengenai dunia ini harus optimis dan positif, sebuah keterlibatan positif dan tidak boleh lari dari dunia.

Sebuah asumsi dasar bahwa alam memang penuh hikmah dan makna. Selaras dengan alam dalam bahasa Yunani yang disebut kosmos yang artinya harmonis. Lawan katanya adalah chaos yang berarti kacau. hal ini sama dengan firman Allah Ta'ala," Tak akan kau lihat dalam ciptaan (Allah) Yang Maha Pemurah yang tidak harmonis; balikkanlah pandanganmu sekali lagi, tampak olehmu ada yang cacat?; Kemudian ulanglah pandanganmu sekali lagi; pandangan(mu) akan berbalik kepadamu, letih dan membingungkan." (QS.67:3-4). Keserasian dan keseimbangan alam ini merupakan cermin dari Penciptanya sendiri. Sesuai ayat tersebut bahwa alam diciptakan oleh Ar Rahman Tuhan yang Maha Kasih.

Dalam bahasa Arab 'alam satu akar kata dengan 'ilmun dan 'alamatun. Jadi alam merupakan alamah atau pertanda dari adanya Tuhan. Dan Allah Ta'ala memerintahkan kita untuk mempelajarinya. Pelajaran untuk meninggikan dan mengagungkan Allah Ta'ala. Dia yang setelah menciptakan bumi dan langit  berfirman kepada alam," Hai kamu berdua (ruang waktu dan materi) datang kepadaKu dengan taat, atau terpaksa; " Maka keduanya (langit dan bumi) menjawab,"Ya Tuhan, kami datang dengan suka rela." Ini sebagai bukti bahwa alam itu tunduk dan patuh kepada Allah, semua alam ini adalah muslim.

Sehingga kalau manusia mengaku muslim berarti dia harus tunduk dan patuh kepada Allah Ta'ala, yang sebetulnya dia mengikuti hukum alam itu sendiri. Ketika dia tidak mau tunduk patuh kepada Allah, sama artinya dia melawan hukumnya sendiri, dan akan menimbulkan kesengsaraan. satu-satunya jalan untuk keluar dari kesengsaraan ketika di dunia adalah dengan mematuhi dan tunduk pada aturan Allah Ta'ala yang berupa wahyuNya dan yang serupa dengan wahyuNya yaitu Qur'an dan Sunnah. Bertauhid hanya kepada Tuhan yang Maha Kasih, Maha Penyayang, Maha Tinggi dan Maha Agung.

Sudah selayaknya ketika manusia  menjalankan tugasnya sebagai bagian alam untuk taat kepada Sang Pencipta. Manusia pertama Adam 'alaihis salam berthowaf bersama makhluk lainnya dulu ditempatkan disurga. Melakukan thawaf di baitul makmur mengelilingi arsy Allah. Sehingga ketika tel;ah diturunkan di bumi, tetap berlangsung ibadah thawaf ini dengan mengelilingi Ka'bah. Ini adalah salah satu rangkaian yang dilakukan oleh jama'ah haji di tanah haram.

Seluruh alam pun thawaf. Rembulan thawaf mengelilingi bumi. Bumi thawaf mengelilingi matahari. Matahari dengan seluruh tata suryanya thawaf mengelilingi galaxinya; dan seluruh galaxi sealam raya thawaf disekitar arsyNya. Allah sebagai punjer. Allah Yang Tunggal merupakan pusat dari peribadahan alam semesta. Laa ilaha illaLlah, tiada yang haq untuk disembah kecuali hanya Allah yang layak untuk diibadahi. Dengan thawaf itulah kita menyatu dengan alam semesta ini, berkeliling beribadah mencari keridhaan Tuhan Allah Ta'ala.

Sehingga gelombang air bah, meluapnya mata air dan hujan yang mengakibatkan banjir, tsunami dan bencana gempa, tanah longsor dan semburan gunung berapi, kebakaran pasar dan hutan, angin topan dan berbagai fenomena lama lainnya merupakan ayat atau pertanda. Bahwa mereka ada yang menggerakkan dan memerintahkan, mereka pun tunduk dan patuh kepada yang memerintahkannya. Masihkan manusia harus berpaling untuk tidak mau mengakuiNya dan berthawaf bersama alam raya mencari hakekatNya?

Wallahu a'lam bi ash shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar