Sudah lama saya nggak menikmati pertandingan langsung sepak bola profesional. Baik yang di divisi III, II, I, Utama dan ISL maupun LPI. Terakhir kayane waktu PSIR masuk delapan besar Kompetisi Perserikatan Divisi Utama PSSI tahun 1993/1994. Wah, waktu itu saya bangga banget dengan kesebelasan PSIR. Kalo sekarang, lihat dulu progressnya nanti. Kemaren, paling nonton anak-anak SD yang sedang lucu-lucunya tendang-tendangan bal di halaman olah raga dekat tempat tinggal saya. Iseng-iseng saya ngajak Kang Masban yang biasa nangani tanaman Jabon untuk program usaha jangka menengah kami untuk membentuk klub dan SSB. Dan alhamdulillah, belum 3 bulan ada undangan mengikuti kompetisi Jelita Cup di Cilacap yang terdiri dari klub U-23 di Kabupaten Cilacap. Itung-itung cari pengalaman bertanding, alhamdulillah seri 2 lha kok kami masuk 3 besar!
Mengejutkan dan menggembirakan. Memang segala sesuatu tidak bisa dilihat dari hasil namun dari sebuah proses. Kami sekarang masih berproses. Anak-anak itu punya semangat, punya tekad dan punya greget untuk maju dengan terus berlatih. Selamat berjuang kawan-kawan muda. Sekarang saya di Rembang, paling nonton di layar TV. Termasuk Manchester United VS Stoke City. Banyak yang menjagokan MU, apalagi itu klub kebanggaan keponakanku yang gila bola sedari kecil. Bahkan karena hobi dia, pernah kecilnya tak ajak nonton sepakbola di Stadion Krida Rembang antara PSIR VS Persebaya glundung arep ilang dari atas tribun tanah bagian timur lapangan gara-gara tawuran suporter. Kekagumannya terhadap MU terbawa sampai sekarang.
Namun saya tidak percaya terhadap kekekalan makhluk, karena kekekalan hanya milik Yang di Atas itu lho. Sejak awal musim Liga Primer Inggris, MU selalu mendapatkan point 3. Laju kemenangannya ini membuat penggemarnya berharap akan terulang di kandang Stoke City. Tetapi kita memang bangsa yang muda lupa karena hidup di negeri Indoamnesia. Ketika menyanjung Timnas PSSI sak porete, sundul langit. Namun ketika kebanggan itu tidak menganut asas realitas akan terjadi kekecewaan luar biasa. Maka bangga adalah suatu kewajaran sebagaimana saya orang Rembang bangga dengan PSIR, sebagai warga Cilacap dulu saya bangga dengan PSCS, sebagai bangsa Indonesia pun saya tetap cinta PSSI. Namun tentu berlebihan adalah sesuatu yang tidak baik, untuk diri sendiri dan untuk PSSInya. Demikian pula ketika laju kemenangan MU terjegal oleh Stoke adalah biasa, bahkan bisa saya prediksi. Seperti kekalahan Tyson oleh Holyfield dulu. Hukum titen, namanya.
Sudah tanpa Wayne Rooney hilang pula Javier Hernandez yang ditekel oleh Jonathan Woodgate. Walaupun Michael Owen menggantikannya, tetap....owh tidak bisaaa! Jonathan merupakan kata yang berasal dari bahasa di Afrika yang artinya Pemberian Tuhan. Waaah, ini nggak main-main. Apese MU di Jonathan sama apesnya Soeharto di Gerakan Mahasiswa 1998. Sedangkan Woodgate berarti Pintu Gerbang dari Kayu. Pas sebagai penghalang pada pertandingan tadi malam. Sekaligus sebagai Pintu Gerbang untuk masuk dan mematahkan mitos laju kemenangan Tim MU. Biasanya kalau di Indonesia yang berbau gate pasti sial, contohnya Buloggate, Brunaigate (jatuhnya Gus Dur), Miranda Gate, APBD Gate, Jalan Tol Gate, Century gate dan Gate lain yang masih sak hohah.
MU yang unggul lebih awal melalui aksi Nani di babak pertama, sangat terasa skill individualnya. Berbeda dengan penyerang baru tuan rumah, Peter Crouch, melalui sundulan kepala memanfaatkan sebuah situasi bola mati adalah bentuk kerjasama yang satu dan yang lain saling membutuhkan. Yup, bentuk dari follow up. Manusia hidup, bukan sebagai manusia yang selalu egois namun manusia sosial yang selalu membutuhkan orang lain. Peter mempunyai makna Bebatuan dan Crouch adalah Membungkukkan Badan. Hal ini membuat langkah MU selalu terantuk batu karang yang besar. Walaupun MU mencoba menambah daya gedor dengan memasukkan Ryan Giggs pada menit ke-70, tetapi Ryan Shawcross mampu memotong umpan sang pemain senior yang menuju Owen sehingga gawang Stoke tetap aman.Maka makna membungkukkan badan adalah MU begitu terhormat menghadapi Stoke tadi malam.
Ikhtiar yang dilakukan Stoke sungguh layak diharga ketika mengandalkan bola-bola lambung ke kotak penalti yang cukup merepotkan kiper baru MU, David de Gea. Coba kawan-kawan ingat bagaimana sebuah lemparan dalam Rory Delap hampir saja menjadi bahaya sehingga menyulitkan De Gea. Strategi itu membuahkan hasil pada menit ke-52. Umpan tendangan penjuru Matthew Etherington berhasil disundul masuk Crouch (membungkukkan badan.tanda hormat, dan minta maaf!-red) dan menjadikan gol pertama bagi penyerang seharga 10 juta saat dibeli dari Tottenham Hotspur itu. Huahaha....1-1 cukup untuk meredam sebuah mitos ! (Catatan dalam pesbuk 25 September 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar