Selamat datang....

Semoga setelah membaca perasaan anda menjadi PLONG!

Jumat, 14 Oktober 2011

Sudah Klop!

Kehidupan yang menjadi harapan semua makhluk adalah kedinamisan. Allah Ta'ala menciptakan manusia agar menjadi pelopor kedinamisan itu di bumiNya. Ketika alam telah berimbang, sesuai dengan yang seharusnya maka kedamaian segera terwujud. Sebaliknya, ketika rakyat dizhalimi penguasa yang seharusnya dilindungi dan dilayani. Rakyat mencaci maki pemimpinnya, seharusnya mendoakan dan mengingatkannya. Maka alam pun ikut-ikutan murka, bumi bergoncang protes, langit memerah meredam amarah, air bergulung-gulung bergelombang, angin menerjang tak terkendalikan.

Banyak sekali ketidaksinkronan yang mengakibatkan malapetaka bagi negeri ini. Ketika tahun 1956 antara Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta terjadi perbedaan pendapat (suatu hal lumrah dalam alam demokrasi), dan berujung pada mundurnya Moh. Hatta dari jabatannya. Dwitunggal pun pecah, bahkan Aidit dalam komentarnya mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang namanya Dwitunggal. Demikian pula ketidaksinkronan antara ucapan rezim berkuasa dengan realitas empiris di masyarakat tentang kemajuan pembangunan. Yang terjadi hanyalah pembodohan, pencitraan dan kebohongan publik.

Perbedaan adalah sesuatu yang lazim, untuk memperkaya khasanah berpikir. Namun pasti ada follow up berupa kesepakatan biar klop! Laki-laki dan perempuan pasti berbeda, dengan akad nikah maka keduanya disatukan dalam sebuah komitmen membentuk keluarga sakinah, mawadah dan rahmah. Seperti orang Rembang mengatakan,"Tumbu entuk (oleh) tutup." Tumbu atau besek adalah tempat nasi kendurian dan tidak berfungsi baik sebagai tempat menyimpan tanpa tutup. Jadi ketika tumbu mendapatkan jodohnya berupa tutup, maka kehidupan menjadi dinamis kembali.

Suatu contoh lain adalah ketika seseorang telah menjadi pejabat negara, agar dia dalam menjalankan tugas dapat sesuai dengan harapan masyarakat maka harus bersumpah terlebih dahulu. Gimana sih bro, bukankah sebelum mereka dilantik biasanya juga sudah bersumpah,"Aku bersumpah Demi Allah!" Benar, apa yang sampeyan katakan, itu sumpah sebelum mereka membacakan point-point lainnya. Namun saya usul agar diakhir sumpahnya ditambah dengan ungkapan,"Celaka bagi orang-orang yang saya cintai jika saya melanggar sumpah ini!" Keren nggak coy.....

Mereka agar berpikir ulang ketika akan melanggar amanah rakyat. Ketika melangkah untuk perbaikan bangsa dan menjadi pelayan rakyat yang kreatif dan cekatan, selalu mengingat orang-orang yang dicintainya. Sumpah itu bukan mengekang aktifitasnya tetapi sebagai bagian kontrol agar lebih hidup dan dinamis itu tadi. Bisa nggak ya ucapan sumpah yang saya usulkan sebagai kontrol tadi diterima penerima kebijakan pembuat konstitusi?

Sidang pembaca, sampeyan sama saya tentunya dua pribadi yang berbeda. Saya mencoba menulis ibaratnya tumbunya, dan sangat berharap ketemu tutupnya yaitu rasa klop di hati sampeyan terhadap apa yang saya tulis ini. Namun tidak perlu dipaksakan karena akan menjadi tidak baik. Ketika sampeyan memang beda pendapat dengan saya, nggak masalah. Karena bukanlah sesuatu yang prinsip, enaknya dibikin enjoy saja dengan kesepakatan untuk tidak sepakat. Kan enak jadinya, tumbu oleh tutup itu tadi alias sudah ketemu solusinya. Inilah yang dikatakan kedinamisan hidup, karena saling pengertian dan menghargai perbedaan menuju kasih sayang.

Sikap saling membutuhkan atau simbiosis mutualisme ketika sampeyan memulai persahabatan itu penting lho. Coba, kalau temen sampeyan itu hanya memanfaatkan sampeyan untuk kepentingannya sendiri, maunya hanya berteman di kala senang saja. Pasti anda jadi nggak sreg, nggak klop banget gituuuu lho! Mereka hanya jadi parasit. Yaitu hanya menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lainnya. Seharusnya persahabatan menjadi media interaksi antara keduanya agar nyaman hidup berdampingan. Bagaikan ikan Remora dan Hiu, Jalak dan Kerbau, serta Lebah dan Bunga Sepatu.

Konsep keseimbangan Yin dan Yang juga bisa dikatakan sudah klop. Yin Yang janganlah dipersepsikan dengan kebaikan dan kejahatan. Kita melihatnya dari sudut pandang bahwa kedua kutub tersebut adalah kekuatan yang saling berhubungan dan saling membangun satu sama lain. Keduanya berlawanan dalam interaksi dengan dunia yang lebih luas dan sebagai bagian dari sistem yang dinamis. Maka tidaklah heran ketika dalam perjalanan hidup saya dan sampeyan pernah terjadi pernik-pernik pertikaian dan happy ending yang didapatkan. Harapan saya, kita nantinya juga mencapai khusnul khatimah dengan melewati sekian kali ujian dan cobaan. Klop dah!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar